
SOBANG, Banten – Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ibnu Chaldun Jakarta telah menyelesaikan kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau biasa disingkat KKN.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sindanglaya, Sobang Lebak Banten, Jawa Barat. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, awal Februari lalu, muali 2 – 5 Februari 2023. Walalupun hanya dilaksanakan selama 4 hari, namun para mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman baru di desa Sindanglaya.
Keberangkatan dibagi menjadi 2, yaitu keberangkatan pagi dan keberangkatan malam. Mahasiswa berkumpul di stasiun Tanah Abang pukul 7 pagi bagi keberangkatan pagi, dan 7 malam untuk keberangkatan malam. Pada keberangkatan pagi, perjalanan dimulai pukul 8 pagi dengan KRL jurusan Tanah Abang – Rangkasbitung. Dan pada keberangkatan malam perjalanan dimulai pukul 19.30.
Sebelum berangkat, mahasiswa akan diabsen untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. FIKOM UIC dibagi menjadi 3 konsentrasi dan 5 kelas. Kelas Humas Pagi, Malam, dan Khusus, Pemasaran Malam dan Khusus, juga Jurnaistik Malam.
Baca Juga: Dukung Pendidikan Teknologi Digital, Sinar Mas Land Berikan Beasiswa Coding
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Rahmat Hidayat turut langsung mendampingi keberangkatan kelopok pertama. Dia berpesan agar para mahasiswa berada disatu gerbong untuk memudahkan koordinasi.
Selama perjalanan, beberapa mahasiswa terlihat menyiapkan ‘alat tempur’ mereka berupa kamera, tripod, dan berbagai macam alat lainnya. Beberapa juga terlihat tertidur selama perjalanan.
Dua jam lebih didalam kereta tidak membuat mahasiswa merasa jenuh, karna sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan bukit, hamparan sawah hijau dan pepohonan tinggi. Stasiun demi stasiun dilalui untuk mencapai tujuan akhir, yaitu stasiun Rangkasbitung. Pukul 10.30 mereka sampai di stasiun tujuan. Mereka akan melanjutkan perjalanan darat
Baca Juga: Dukung Dunia Pendidikan Perumnas Bangun Toilet Sekolah di Pesawaran Lampung
dengan mobil elf yang disewa sebelumnya. Total 3 mobil, 2 keberangkatan pagi, dan 1 keberangkatan malam.
Selama kurang lebih 30 menit, mobil yang disewa datang. Seluruh mahasiswa bergegas memasuki mobil sesuai ketentuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah memastikan seluruh mahasiswa dan barang bawaannya masuk kedalam mobil, perjalanan menuju lokasi dimulai. Mobil perlahan menjauhi area stasiun yang ramai menuju desa Sindanglaya.
Selama perjalanan, para penumpang disuguhkan dengan pemandangan yang sangat cantik. Pemandangan yang tak akan didapatkan di Jakarta. Medan yang dihadapi juga tidak bersahabat. Bukan karena tekstur jalanan yang berbatu, tapi lebih kepada rute yang dilalui. Rute yang dilalui termasuk rute ekstrem bagi para mahasiswa yang tak terbiasa dengan jalanan pedesaan.
Jalan yang dialui berbelok, menanjak dan menurun dengan curam, serta lebar jalan yang cukup besar, namun setiap pengguna jalan tetap harus berhati-hati saat melintas karna tekstur jalanan yang berbatu dan berbelok dengan curam. Beberapa mahasiswa terlihat tegang selama perjalanan, bahkan beberapa masih mengalami jetlag saat mobil sampai di penginapan.
“Mantep banget jalurnya coy, gila.” Kata Imadudin, salah seorang mahasiswa Jurnalistik.
“Ah lu baru segitu. Kemarin pas survei lebih parah karna hujan.” Sanggah Nandang, mahasiswa Humas.
Sesampainya ditempat Pak Naryo, seorang alumni UIC yang rumahnya jadi basecame KKN, para mahasiswa beristirahat dan makan siang. Beberapa masih terlihat tegang dan pucat karena mabuk kendaraan.
Setelah berbincang dan istirahat sebentar, sebagian mahasiswa diantar menuju rumah lain, rumah adik dari pak Naryo, yang menjadi basecamp kedua mahasiswa KKN.
Setelah beristirahat dan bersih-bersih, para mahasiswa diajak untuk pergi ke curug terdekat, yaitu curug Peteuy. Waktu tempuh menuju curug Peteuy hanya 30 menit, tapi dengan medan yang cukup sulit karena melewati sawah yang licin dan jalanan yang menanjak.
Selain itu, untuk sampai di curug tersebut juga harus melewati beberapa sungai kecil yang jernih, tapi dengan arus yang cukup deras. Banyak mahasiswa yang terpeleset kedalam sungai selama perjalanan.
Sesampai di curug, beberapa mahasiswa mandi dibawahnya. Menikmati suasana yang tak bisa sering dialami. Air curug terasa dingin menusuk kulit. Warna airnya juga jernih. Mahasiswa yang tidak ikut ‘mandi’ hanya mengambil beberapa gambar dengan teman-teman atau sendiri.
“Ayo sini! Ga bakal bisa dua kali loh begini. Jangan sampe nyesel nanti sampe Jakarta!” Teriak Nandang dibawah guyuran air terjun curug.
Setelah puas bermain air, hari mulai sore dan mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan. Jalanan semakin licin karena kaki yang basah bermain air tadi.
Beberapa mahasiswa gemetar kedinginan, bahkan dengan bibir membiru dan wajah pucat karena terlalu lama bermain air. Sesampainya di penginapan, mereka bergegas membersihkan diri dan menghangatkan diri. Hari pertama dihabiskan untuk beristirahat dan bersenang-senang.
Baca Juga: HPN 2023, BNI Komitmen Dukung Peningkatan Kompetensi Wartawan
Hari kedua merupakan pembukaan kegiatan KKN di kantor Kecamatan Sobang. Dengan para petinggi desa, para dosen dan mahasiswa, acara dimulai dengan khitmat. Selesai acara, para mahasiswa dibagikan lokasi untuk dibuatkan liputan tempat tersebut. Karna hari kedua adalah hari Jumat, maka kegiatan liputan dilakukan setelah selesai sholat Jumat.
Salah satu tempat liputan yang ditugaskan adalah tempat pembuatan gula aren khas Sobang, Jawa Barat. Beberapa mahasiswa, ditemani dua orang dari LSM desa sebagai guide menuju gubuk tempat produksi gula aren diatas bukit. Lagi, rute yang dilalui sangat terjal. Para mahasiswa diminta untuk mendaki melewati jurang untuk sampai ditempat pembuatan gula aren.
Beberapa mahasiswa jatuh karena jalanan yang sangat licin. Bahkan beberapa melepas sandalnya agar lebih mudah berpijak. Karena melewati jalan setapak ditengah semak-semak, hal yang ditakutkan adalah kemunculan ular dan pacet (lintah). Setelah melalui rintangan tersebut, sampailah mereka disebuah gubug yang menjadi tempat produksi gula aren.
Para mahasiswa langsung bergegas mengambil beberapa gambar dan video, juga mewancarai beberapa orang untuk tugas liputan. Setelah semua yang diperlukan didapat, mereka memutuskan untuk kembali karena waktu semakin sore. Mereka harus melewati jalan yang sama seperti sebelumnya. Yang membuat mereka bingung adalah, mengapa orang- orang desa terlihat biasa saja melewati jalan seperti itu?
“Loh, Bapaknya kok bisa lewat kaya tanpa beban. Padahal bawa tentengan berat loh.
Wah nge-cheat nih bapaknya pasti.” Celetuk salah seorang mahasiswa. “Tau ya, curang banget.” Sambung mahasiswa lain.
Seorang guide menjelaskan bahwa penduduk desa sudah terbiasa dengan jalanan seperti itu, itulah kenapa para warga terlihat mudah melewati jalan-jalan tersebut. Hari kedua berakhir dengan sangat melelahkan.
Hari ketiga adalah hari bebas bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan liputannya. Karena produk liputan tidak harus hari itu juga selesai, makan para mahasiswa yang sudah menyelesaikan liputannya pergi ketempat-tempat lain atau tetap di rumah untuk beristirahat. Malam harinya diadakan kegiatan penutupan acara KKN.
Baca Juga: Hadapi Transformasi Digital yang Bisa Gantikan Manusia, iCommunity Gelar Forum IDTF
Acara ini dilaksanakan disebuah SMP 5 Sobang dimalam hari. Acara dimulai dengan makan malam bersama. Dilanjutkan dengan tarian-tarian yang dipersembahkan para siswa SMP 5.
Dalam acara penutupan itu juga digelar Focus Group Discussion dengan para pemuda Komunitas Pemuda Kasepuhan Pasir Erih (KOMPAK). Hadir dalam acara FDG ini Abah Maman, sesepuh atau kolot desa adat.
Acara FDG diakhiri dengan hiburan berupa tarian dan nyanyian. Para mahasiswa bersenang-senang sebelum akhirnya kembali ke Jakarta diesok harinya.
Kepala Desa Sindanglaya, Japi Priatna saat pembukaan KKN mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mahasisa Fikom UIC karena memilih desa Sindanglaya menjadi lokasi KKN.
Javi berharap, apa yang dilakukan mahasiswa FIKOM UIC bisa memperkenalkan potensi budaya, wisata dan ekonomi Desa Sidanglaya kepada masyarakat luas yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Terima kasih kepada mahasiswa FIKOM UIC yang datang jauh-jauh dari Jakarta ke desa kami, semoga membawa manfaat yang besar buat warga desa,” ujarnya. (***)